BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kuliah Lapang (Field Trip) ini dimaksud agar mahasiswa mengetahui dengan cara melihat dan mengamati langsung berbagai kegiatan administrasi yang dilaksanakan di beberapa tempat yan berhubungan dengan mata kuliah Agroklimatologi.
Kunjungan ini merupakan program kurikulum mata kuliah program studi di universitas, khususnya Universitas Negeri Makassar. Diharapkan wawasan mahasiswa terhadap dunia kerja agar lebih dalam, sehingga dapat memotivasi mahasiswa dalam mempelajari berbagai bidang ilmu yang diterima dari luar kampus.
Adapun peserta yang berpartisipasi dalam kuliah lapang ini serta dosen mata kuliah , dimana mahasiswa terdiri dari dua kelas yakni kelas A dan kelas B Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian angkatan 2011.
• Pendidikan Teknologi Pertanian kelas A : 42
• Pendidikan Teknologi Pertanian kelas B : 37
Total Mahasiswa : 79
• Dosen Mata Kuliah : 1
Total Pengunjung : 80 orang
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam laporan ini antara lain:
1. Bagaimana kinerja BMKG Wilayah IV Makassar Sulawesi Selatan?
2. Bagaimana kinerja BPTP dalam menjalankan tugas dan fungsinya?
C. TUJUAN
Tujuan dan maksud kuIiah lapang adalah memperkenalkan kepada mahasiswa tentang berbagai kegiatana dministrasi yang terjadi pada dunia usaha maupun badan/ balai terkait, sehingga mahasiswa diharapkan dapat memahami, mengkaji serta membandingkan bagaimana ilmu yang diterima di lingkungan kampus dan aplikasinya di dunia kerja.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT
Terdapat dua tempat tujuan kuliah lapang Agroklimatologi yaitu: pada tanggal 31 Oktober 2012 kuliah lapang dilaksanakan di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar Sulawesi Selatan dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan.
B. CARA KERJA (METODE)
Kuliah lapang ( field trip ) mata kuliah Agroklimatologi dilaksanakan dalam sehari dengan terlebih dahulu mengunjungi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar Sulawesi Selatan, dilanjutkan dengan kunjungan ke Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan.
Ada beberapa cara kerja (metode) yang dilakukan dalam kuliah lapang ini antara lain:
1. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar Sulawesi Selatan
Di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar Sulawesi Selatan mahasiswa terlebih dahulu dikumpulkan di pelataran kantor dengan pemberian pengarahan oleh salah seorang staf BMKG. Selanjutnya mahasiswa dibagi kedalam dua kelompok besar agar secara paralel menerima materi dari dua narasumber di tempat berbeda. Selanjutnya satu kelompok mahasiswa diarahkan menuju ruangan tempat pengontrol pergerakan cuaca utama dan menerima materi tentang pergerakan cuaca serta pengenalan alat- alat yang menjadi parameter pengamat cuaca dan iklim. Sementara di tempat berbeda kelompok lainnya juga menerima materi tentang gambaran umum cuaca dan iklim.
2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan
Di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan kuliah lapang dilakukan dengan penerimaan materi di aula kantor. Dibawakan oleh tiga orang narasumber. Narasumber pertama memperkenalkan dan menguraikan visi dan misi BPTP , struktur organisasi, serta kepegawaian BPTP. Narasumber selanjutnya mengupas tuntas tugas dan fungsi pokok BPTP. Narasumber terakhir menamabah ilmu pengetahuan mahasiswa dengan materi tentang kalender tanam terpadu (katam). Kuliah lapang di BPTP di akhiri dengan sesi tanya- jawab antara mahasiswa- narasumber.
BAB III
PEMBAHASAN
Bangsa Indonesia adalah salah satu negara agraris paling besar di dunia. Tanah subur melimpah yang merupakan tempat berkembangbiaknya berbagai jenis tanaman adalah indikator utama penyebabnya. Selanjutnya sektor pertanian menjadi salah satu sektor utama penyumbang pendapatan negara.
Dalam ilmu pertanian ada banyak disiplin ilmu kompleks yang menunjang para petani, dalam hal ini petani yang maju( modern). Salah satu disiplin ilmi yang dimaksud adalah klimatologi.
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari iklim, dan merupakan sebuah cabang dari ilmu atmosfer. Dikontraskan dengan meteorologi yang mempelajari cuaca jangka pendek yang berakhir sampai beberapa minggu, klimatologi mempelajari frekuensi di mana sistem cuaca ini terjadi. Klimatologi tidak mempelajari fenomena atmosfer secara tepat (misalnya pembentukan awan, curah hujan, dan petir), tetapi mempelajari kejadian rata-rata selama beberapa tahun sampai millenia, dan juga perubahan dalam pola cuaca jangka panjang, dalam hubungannya dengan kondisi atmosfer. Selanjutnya dalam kaitannya dengan ilmu pertanian, disebut dengan Agroklimatologi.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) adalah suatu badan non departemen yang dibentuk yang salah satu tujuannya adalah untuk meneliti perkembangan dan pergerakan iklim. Informasi mengenai perkembangan iklim ini akan disebarkan melalui berbagai media sehingga para petani mengetahui dan memperkirakan kapan waktu- waktu yang tapat untuk melakukan penanaman, jenis tanaman apa yang dapat ditanam, kapan waktu pemanenan, dan seterusnya.
Di samping pengetahuan mengenai iklim yang diperlukan dalam ilmu pertanian terutama dalam masa pra panen, juga dibutuhkan ilmu dalam mengkaji teknik- teknik apa saja yang diperlukan dalam penanganan hasil pertanian (pasca panen). Di sinilah peran utama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).
BPTP adalah suatu badan yang bergerak di bidang Balai Penelitian Komoditas untuk direkayasa sesuai kondisi setempat. Selain itu, dalam posisinya sebagai unit kerja Badan Litbang Pertanian yang berkedudukan di propinsi, BPTP Sulawesi Selatan akan dikembangkan menjadi salah satu pusat sumber data dan informasi pertanian yang berkaitan dengan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, keadaan agroekologi dan agroekonomi daerah, serta sumberdaya IPTEK. Dengan demikian BPTP Sulawesi Selatan berperan penting untuk memberikan masukan kepada pemerintah daerah sebagai bahan perencanaan dan pengelolaan pembangunan pertanian regional.
A. BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH IV MAKASSAR
1. Sejarah BMKG
Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium (Observatorium Magnetik dan Meteorologi) yang dipimpin oleh Dr. Bergsma.
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945, nama instansi meteorologi dan geofisika tersebut diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua yakni:
1. Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia, Yogyakarta, khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara.
2. Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang berada di Jakarta dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Pada tanggal 21 Juli 1947, Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang berkedudukan di Jalan Gondangdia, Jakarta.
Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum.
Selanjutnya pada tahun 1950, Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO.
Pada tahun 1955, Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara. Namun 10 tahun kemudian diubah lagi menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika.
Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di bawah Departemen Perhubungan, yang pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika, dengan kedudukan tetap berada dibawah Departemen Perhubungan.
Pada tahun 2002, melalui Keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, BMG berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.
2. Tugas, Fungsi dan Kewenangan
• Tugas dan Fungsi
a) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika
b) koordinasi kegiatan fungsional di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika
c) memfasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan swasta di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika
d) penyelenggaraan pengamatan, pengumpulan dan penyebaran, pengolahan dan analisis serta pelayanan di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika
e) penyelenggaraan kegiatan kerjasama di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika
f) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
• Kewenangan
a) penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya
b) perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro
c) penetapan sistem informasi di bidangnya
d) penetapan standar teknis peralatan serta pelayanan meteorologi penerbangan dan maritim
e) pengaturan sistem jaringan pengamatan meteorologi dan klimatologi
f) pemberian jasa meteorologi dan klimatologi
g) pengamatan dan pemberian jasa geofisika
h) pengamatan dan pemberian jasa kualitas udara
i) pengaturan sistem jaringan pengamatan geofisika
j) penetapan standar teknis peralatan meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika
3. Struktur Organisasi
BMKG dipimpin oleh seorang Kepala berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BMKG memiliki 2 deputi sebagai berikut:
• Deputi Bidang Observasi, terdiri dari: Pusat Tata Laksana Observasi, Pusat Sistem Instrumentasi dan Kalibrasi, serta Pusat Sistem Jaringan Observasi.
• Deputi Bidang Sistem Data dan Informasi, terdiri dari: Pusat Sistem Informasi Data Meteorologi, Pusat Sistem Informasi Data Klimatologi dan Kualitas Udara, serta Pusat Sistem Informasi Data Geofisika.
BMKG memiliki 5 Balai Besar:
• Balai Besar Wilayah I Medan
• Balai Besar Wilayah II Ciputat
• Balai Besar Wilayah III Denpasar
• Balai Besar Wilayah IV Makassar
• Balai Besar Wilayah V Jayapura
Masing-masing Balai Besar membawahi sejumlah Stasiun BMKG. Dimana Balai Besar Wilayah IV memiliki 38 Stasiun BMKG yang tersebar di wilayah Sulawesi- Maluku.
4. Visi dan Misi BMKG
• Visi
Mewujudkan BMKG yang handal, tanggap dan mampu dalam rangka mendukung keselamatan masyarakat serta keberhasilan pembangunan nasional, dan berperan aktif di tingkat Internasional. Terminologi di dalam visi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pelayanan informasi meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika yang handal ialah pelayanan BMKG terhadap penyajian data, informasi pelayanan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika yang akurat, tepat sasaran, tepat guna, cepat, lengkap, dan dapat dipertanggungjawabkan
b) Tanggap dan mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan merumuskan kebutuhan stakeholder akan data, informasi, dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika serta mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa;
c) Tanggap dan mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan merumuskan kebutuhan stakeholder akan data, informasi, dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika serta mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa
d) Tanggap dan mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan merumuskan kebutuhan stakeholder akan data, informasi, dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika serta mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna jasa;
• Misi
Dalam rangka mewujudkan Visi BMKG, maka diperlukan visi yang jelas yaitu: berupa langkah-langkah BMKG untuk mewujudkan misi yang telah ditetapkan yaitu :
a) Mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
b) Menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika yang handal dan terpercaya.
c) Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang meteorologi, klimatologi , kualitas udara dan geofisika.
d) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional di Bidang meteorologi, klimatologi , kualitas udara dan geofisika.
5. Alat- Alat yang Terdapat di BMKG
Sub-bidang Instrumentasi dan Rekayasa Meteorologi mempunyai tugas melakukan penyusunan spesifikasi, inventarisasi, monitoring dan evaluasi, pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan, penyusunan tabel umur pakai (life time), pelaksanaan rekayasa dan kerjasama fungsional di bidang instrumentasi dan rekayasa peralatan operasional meteorologi. Berikut ini adalah beberapa contoh instrumen yang digunakan untuk pengamatan meteorologi.
a) Thermometer
Ada beberapa jenis thermometer yang digunakan dewasa ini, namun dalam pengamatan meteorologi dan klimatologi, umumnya digunakan thermometer kaca (liquid-in-glass thermometer) untuk peralatan Konvensional dan thermometer PT-100 untuk peralatan-peralatan digital.
Thermometer kaca (liquid-in-glass thermometer) umumnya menggunakan Air raksa (mercury) untuk pengukuran temperatur diatas suhu freezing point (-38.3 0C) dan menggunakan alkohol untuk pengukuran yang memiliki jangkauan ukur dibawah/sekitar freezing point.
Beberapa thermometer adapula yang dilengkapi dengan kaca pembesar, terutama untuk kepentingan labotatorium medis, namun jarang digunakan dalam pengamatan meterologi atau klimatologi.
b) Barometer
Tekanan udara pada suatu permukaan adalah gaya yang diberikan kepada suatu permukaan atau area oleh sekolom udara di atas permukaan tersebut. Tekanan yang diberikan tersebut sebanding dengan massa udara vertikal yang terdapat di atas permukaan tersebut sampai pada batas ketinggian lapisan atmosfer terluar. Hal itu yang membuat tekanan udara di setiap tempat berbeda menurut ketinggian dari tempat tersebut. Tekanan udara juga merupakan salah satu parameter yang diamati oleh observer ketika melakukan pengamatan udara permukaan atau synoptic observation. Pada kenyataannya terdapat banyak alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara, diantaranya barometer air raksa, barometer aneroid, aneroid barograph, serta bourdon tube barograph.
c) Anemometer
Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin yaitu cup counter anemometer. Alat ini terdiri dari tiga buah mangkuk yang dipasang simetris pada sumbu vertikal. Pada bagian bawah dari sumbu vertical dipasang generator, yang terputar oleh ketiga mangkuk. Tegangan dari generator sebanding dengan kecepatan berputar dari mangkuk - mangkuk.Wind Vane atau alat penunjuk arah angin adalah sebuah instrumen yang digunakan untuk mengetahui arah horizontal pergerakan angin (angin permukaan). Alat ini terdiri dari suatu objek tidak simetris (contohnya suatu anak panah atau panah berbentuk ayam jago yang menempel pada pusat gravitasinya sehingga panah itu dapat bergerak dengan bebas di sekitar poros horizontalnya) yang dihubungkan pada vane/weather cock sensor pada anemometer.
d) Higrometer
Higrometer rambut adalah sebuah alat pengukur kelembaban udara dengan satuan persen yang menggunakan prinsip muai panjang rambut dimana rambut akan memanjang ketika kelembaban udara bertambah. Adapun rambut yang digunakan adalah rambut manusia atau kuda yang sudah dihilangkan lemaknya yang kemudian dikaitkan dengan pengungkit (engsel) yang dihubungkan dengan jarum yang menunjuk kepada skala sehingga memperbesar perubahan skala dari perubahan kecil dari panjangnya rambut.
e) Penakar Hujan
Penakar hujan jenis Hellman merupakan suatu instrument/alat untuk mengukur curah hujan. Penakar hujan jenis hellman ini merupakan suatu alat penakar hujan berjenis recording atau dapat mencatat sendiri. Alat ini dipakai di stasiun-stasiun pengamatan udara permukaan. Pengamatan dengan menggunakan alat ini dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu mekipun cuaca dalam keadaan baik/hari sedang cerah.Alat ini mencatat jumlah curah hujan yang terkumpul dalam bentuk garis vertikal yang tercatat pada kertas pias. Alat ini memerlukan perawatan yang cukup intensif untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada alat ini.
f) Evaporimeter
Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk mengukur evaporasi. Makin luas permukaan panci, makin representatif atau makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya.
6. Rekayasa Peralatan Klimatologi Kualitas Udara
Salah satu tugas Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika adalah melaksanakan pemantauan Kualitas Udara; salah satunya adalah pengambilan sampel air hujan untuk di analisis komposisi kimia air hujan yang secara khusus untuk penelitian Deposisi Asam di laboratorium Kualitas Udara BMKG. Untuk itu diperlukan suatu alat penakar hujan sekaligus sebagai pengumpul sampel hujan secara otomatis.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap Luar Negeri maka BMKG baik secara sendiri maupun kerjasama dengan pihak lain berusaha untuk merancang bangun atau membuat kembali peralatan AUTOMATIC RAIN WATER SAMPLER MGA-02 yang diproduksi oleh Pusat Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi , dengan Prototipe ARWS 0702 sebagai prototipe awal peralatan.
Karakteristik dari peralatan ini dirancang untuk mengoperasikan penakar hujan secara otomatis untuk menampung atau mengumpulkan sampel air hujan. Peralatan sensor yang akan dipakai ini adalah sangat peka begitu saat hujan terjadi maka motor penggerak akan membuka tutup peralatan pengumpul sampel air hujan secara otomatis yang kemudian sampel selanjutnya dialirkan melalui selang ke botol plastik yang berbahan dasar polyethylene. Sensor ini akan menutup secara otomatis selama tidak ada periode hujan (saat hujan berhenti) yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah terkontaminasinya sampel air hujan oleh polutan yang terbawa saat periode endapan kering ( dry deposition ).
7. Perubahan Iklim dan Dampaknya
a) Banjir
Bencana ini terjadi karena tindakan oknum tidak bertanggungjawab terhadap pengelolaan sumber daya alam, terutama dalam hal penebangan pohon hutan. Selain itu, dampak dari adanya penimbunan lahan sehingga semakin berkurangnya daerah resapan air.
b) Kemarau Panjang
Terjadi sebagai akibat dari kurangnya intensitas hujan di suatu daerah.
c) Tanah Longsor
Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam.
8. Pembagian Wilayah Sulawesi Selatan Berdasarkan Tipe Iklim
Wilayah Sulawesi Selatan dibagi dalam 3 zona berdasarkan tipe iklim di saat bersamaan, antara lain:
1. Wilayah Barat
Meliputi Makassar, Maros, Pangkep, Barru, Pare-Pare, dan Pinrang.
2. Wilayah Tengah
Umumnya cuaca di daerah ini tidak mendapat pengaruh besar terhadap musim yang terjadi. Meliputi Luwu, Palopo, Masamba.
3. Wilayah Timur
Meliputi Bone, Sinjai, Bulukumba, Jeneponto.
B. BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN
1. Sejarah BPTP
Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian telah banyak menghasilkan teknologi yang memungkinkan tercapainya peningkatan produksi pertanian dan pencapaian swasembada pangan, ekspor pertanian, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Namun masih banyak informasi dan teknologi yang dihasilkan oleh Balai dan Pusat Penelitian tidak sampai dan tidak diadopsi oleh petani, karen berbagai kendala, antara lain ; ( 1 ) proses penyampaian teknologi masih perlu disempurnakan. ( 2 ) Uji adaptasi rakitan teknologi dilahan petani masih terbatas. ( 3 ) perencanaan top-down masih dominan dibandingkan dengan bottom-up yaitu perencanaan penelitian yang dimulai dan berakhir pada petani, belum berjalan dengan baik. (4 ) sumber daya penelitian yang terbatas.
Untuk mempercepat penyediaan teknologi pertanian spesifik lokasi, pimpinan Departemen Pertanian memberikan perhatian yang besar terhadap pelaksanaan regionalisasi penelitian untuk menunjang pembangunan pertanian Indonesia. kebijakan tersebut diikuti dengan terbentuknya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ( BPTP ), loka Pengkajian Teknologi Pertanian ( LPTP ) dan Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian ( IP2TP ) yang berada dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ( SK Mentan No. 798/OT.210/12/94, tanggal 13 Desember 1994 ).
Tujuan pembentukan BPTP Sulawesi Selatan adalah, untuk mewujudkan sebuah institusi penelitian dan pengembangan pertanian wilayah dapat memainkan peranan dalam penyediaan teknologi pertanian spesifik lokasi untuk mendukung pembangunan pertanian daerah yang bernuansa agribisnis. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai, adalah; ( 1 ) mewujudkan upaya regionalisasi dan disentralisasi kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian berdasarkan keragan sumberdaya pertanian daerah, ( 2 ) mendorong percepatan pembangunan pertanian yang berorientasi agribisnis melalui penyedia rekayasa paket teknologi pertanian spesifik lokasi, ( 3 ) mempercepat transfer teknologi kepada pengguna dan penyampaian umpan balik bagi penajam program penelitian dan pengkajian.
Berdasarkan SK Mentan No. 798/OT.210/212/94, tanggal 13 Desember 1994, di Sulawesi Selatan terbentuk Instansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian ( IP2TP ) Ujung Pandang, dari Balai Informasi Pertanian Ujung Pandang, IP2TP Gowa dari Sub Balitnak Gowa dan Sub Balittas Bajeng, IP2TP Jeneponto dari Sub Balithor Jeneponto, IP2TP Mariri dari Sub Ballittan Mariri, IP2TP Bone-bone dari Sub Balitka Bone-bone.
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian ( IP2TP ) Ujung Pandang di Sulawesi Selatan merupakan unit kerja dibawah pembinaan langsung BPTP Kendari, Sulawesi Tenggara baik administrasi maupun teknis. Kemudian IP2TP Ujung Pandang diberi kewenangan oleh kepala pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial ekonomi Pertanian untuk mengelola langsung kegiatan penelitian dan pengkajian dari semua IP2TP yang ada di Sulawesi Selatan dibawah koordinasi BPTP Kendari. Pembinaan administrasi masih di BPTP Kendari. Stasiun Penelitian Tanah Maros diserahkan dari Balitjas Maros tahun 1997 ke IP2TP Ujung Pandang. Pemda Sulawesi Selatan mengharapkan agar status IP2TP Ujung Pandang ditingkatkan statusnya menjadi BPTP berdasarkan surat Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 520/5456/Bappeda, tanggal 18 November tahun 2000.Dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna pelaksanaan tugas dan fungsi pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi, maka status IP2TP Ujung Pandang berubah menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 350/KPTS/OT.210/6/2001, tanggal 14 Mei 2001, ditunjang dengan kebun percobaan ( KP ) yang ada di Sulawesi Selatan dan Laboratorium masing-masing adalah; KP. Luwu di Kab. Luwu Utara, KP. Bone-bone di Luwu Utara, KP. Jeneponto di Jeneponto, KP. Gowa di Gowa dan Laboratorium Tanah Maros di Maros.
2. Tugas dan Fungsi Pokok
• Tugas Pokok
Melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
• Fungsi
a) Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
b) Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
c) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan;
d) Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
e) Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;
f) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.
3. Visi dan Misi BPTP
• Visi
Visi BPTP Sulawesi Selatan adalah menjadi institusi penghasil inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang handal sesuai dengan dinamika pembangunan di Sulawesi Selatan Misi BPTP Sulawesi Selatan.
• Misi
1) Mengidentifikasi potensi sumberdaya dan kebutuhan teknologi pertanian spesifik lokasi dalam mendukung pembangunan pertanian regional di Sulawesi Selatan.
2) Merakit/merekayasa, menyediakan dan mengembangkan inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi sesuai kebutuhan petani, stakeholder, dan kebutuhan pasar guna mendukung pembangunan pertanian regional yang tangguh.
3) Akselerasi inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi di Sulawesi Selatan
4) Meningkatkan jaringan kerjasama yang lebih luas dengan lembaga penelitian/pengkajian internasional, nasional, pemerintah daerah ataupun swasta.
5) Mengembangkan kapasitas institusi/kelembagaan BPTP yang good goverment and clear goverment dalam rangka meningkatkan pelayanan prima.
Tujuan perumusan visi dan misi BPTP Sulawesi Selatan adalah untuk menyatukan persepsi dan langkah operasional antara BPTP dengan Pemerintah Daerah dan mitra kerja lainnya dalam sinkronisasi kebijakan pembangunan pertanian daerah dengan program-program penelitian dan pengkajian yang akan dilakukan. Sasarannya adalah pemacuan proses pencapaian pembangunan pertanian tangguh berdasarkan karakteristik wilayah Sulawesi Selatan.
4. Layanan BPTP
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian merupakan balai di bawah naungan departemen pertanian yang bertugas memberi pelayanan kepada masyarakat antara lain:
• Laboratorium
Laboratorium BPTP Sulawesi Selatan ( Instalasi Laboratorium Tanah ) merupakan pelaksana teknis dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Tugas utama dari Laboratorium ini adalah melayani permintaan analisis dari para peneliti, perguruan tinggi, dan instalasi pemerintah lainnya serta perusahaan swasta. Disamping itu juga dapat melayani permintaan analisis dan mahasiswa dan petani.
Pengendalian Mutu
Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kualitas hasil analisis, maka laboratorium ini aktif mengikuti kegiatan Cross Check ( CC ) yang dikoordinir oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan. Kegiatan Cross Check ini aktif diikuti oleh Laboratorium utama yang ada dalam lingkup Badan Litbang Pertanian, Perguruan Tinggi, BUMN dan Swasta.
Kemampuan teknis personal laboratorium ini telah memiliki Sertifikat di bidang :
1. Kompentensi Manajemen Sistem Mutu
2. Audit Internal
3. Kalibrasi Internal
4. Valiasi Metoda
Akreditas
Laboratorium BPTP Sulawesi Selatan telah terakreditas sebagai Laboratorium penguji tanah dan pupuk dengan nomor LP-310-IDN, dan menerapkan manajemen system mutu berdasarkan ISO/IEC 17025-2005 yang dikeluarkan oleh Komite Akreditas Nasional ) ( KAN ) – badan Standarisasi Nasional ( BSN ), yang menggantikan ISO/IEC 17025 – 2000. Laboratorium BPTP Sulawesi Selatan memiliki peralatan utama pengujian antara lain :
a) Spektrofotometer Serapan Atom ( ASS ) Berfungsi untuk pengukuran unsur seperti : K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, Cu, Zn, Pb, Cd, Co, Cr, Ni
b) Kjeltec Auto Analyzer berfungsi untuk pengukuran N-Total/protein, Kapasitas Tukar Kation ( KTK )
c) Spektrofotometer Visible Berfungsi untuk pengukuran C-Organik, P, S, NH4, NO3, Serta beberapa peralatan penunjang lainnya seperti Alat Dekstruksi, Sokxlet, Tanur, Glassware dan lain-lain. Semua peralatan telah dikalibrasi eksternal oleh Lembaga Kalibrasi pemegang Sertifikat Kalibrasi ISO.
• Perpustakaan
Pada tahun 2007 perpustkaan BPTP Sulawesi Selatan dikembangkan menjadi perpustakaan model, yang arahnya sistem digital. Karena itu fasilitasnya dilengkapi, koleksi buku serta pengelolaannya ditingkatkan dan diperbaiki. Salah satunya adalah penyediaan fasilitas akses internet untuk para user/pengunjung, Selain itu fasilitas untuk kenyamanan pengunjung, juga dilengkapi dengan ruang baca yang ber AC. Ruang perpustkaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ( BPTP ) Sulawesi Selatan, berada pada gedung Induk BPTP Sulawesi Selatan, di jalan Perintis Kemerdekaan KM 17,5 Makassar.
Jumlah koleksi yang dimiliki Perpustakaan berjumlah 5.000 examplar. Meliputi; buku, skripsi, tesis, disertai, laporan penelitian, jurnal, prosiding dan bahan audio visual. Koleksi ini dibagi berdasarkan pertimbangan pemanfaatan dan kepentingan pengguna antara lain: koleksi buku umum, koleksi reference, koleksi karya ilmiah, serta koleksi terbitan lembaga asing.
• Kebun Percobaan
Kebun percobaan ini terletak di Kab. Luwu Utara atau sekitar 525 km dari ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan yang memiliki lahan sekitar 1.000 ha dengan tanaman utama kelapa dan kakao.
Kebun Perobaan Mariri
Kebun percobaan ini teletak di Kab. Luwu Utara 510 km dari ibu kota propinsi Sulawesi Selatan memiliki lahan sekitar 31 ha, tanaman utama adalah tanaman pangan. Kebun Percobaan ini diarahkan untuk kegiatan penelitian dan pengkajian yang mendukung produk-produk lahan irigasi seperti padi, palawija dan jagung.
Kebun Percobaan Jeneponto
Kebun ini memiliki lahan sekitar 30 ha dengan tanaman utama buah-buahan dan hortikultura. Kebun percobaan ini teletak di Kab. Jeneponto atau sekitar 110 km dari kantor pusat BPTP Sulawesi Selatan yang memiliki lahan kering sekitar 27 ha. Kebun percobaan ini diarahkan untuk kegiatan penelitian hortikultura dan tanaman pangan khususnya Jagung.
Kebun Percobaan Gowa
Kebun percobaan Gowa diarahkan menjadi :
a) Sentra pengemb.angan produksi ternak yang efisien dan peningkatan nilai tambah peternakan.
b) Lahan percobaan pengembangan makanan hijauan ternak.
c) Klinik ternak
d) Penelitian dan pengkajian peternakan dan perbaikan potensi peternakan.
Kebun percobaan ini terletak di Kab. Gowa 25 Km dari Kanto BPTP Sulawesi Selatan, yang diarahkan untuk kegiatan penelitian dan pengkajian yang mendukung pembangunan peternakan dan makanan ternak di Sulawesi Selatan. Kebun percobaan Gowa memiliki lahan seluas 96,17 ha.
5. Sistem Kalender Tanam Terpadu (Katam)
Peta kalender tanam (katam) adalah peta yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam untuk tanaman pangan, terutama padi, berdasarkan potensi dan dinamika sumberdaya iklim dan air. Peta ini secara khusus disusun untuk mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan program ketahanan pangan pada umumnya. Peta kalender tanam diharapkan juga menjadi salah satu informasi yang operasional dalam menghadapi anomali dan perubahan iklim yang informasi akuratnya diperoleh langsung dari kerja sama dengan BMKG setempat.
Untuk mengatasi perubahan iklim yang tidak menentu dan tidak mudah diprediksi, maka peta katam tidak hanya disusun berdasarkan kondisi periode tanam yang dilakukan oleh petani saat ini, tetapi juga disusun berdasarkan tiga kejadian iklim yaitu tahun basah (TB), tahun kering (TK), dan tahun normal (TN) serta katam disusun melalui spasialisasi pola dan katam yang selama ini diterapkan oleh petani (eksiting). Dengan demikian kalender dan pola tanam yang akan diterapkan dapat disesuaikan dengan masing-masing kondisi iklim tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari laporan kuliah lapang ini sebagai berikut:
1. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika bertugas untuk meneliti pergerakan cuaca dan iklim kemudian menginformasikannya kepada masyarakat melalui berbagai media.
2. Balai Pengkajian Teknologi Peranian menerima informasi kondisi cuaca dan iklim setempat dari BMKG yang kemudian dikaji dan diolah sehingga menghasilkan data dalam bentuk Kalender Tanam Terpadu ( Katam) dan didinformasikan kepada masyarakat pada umumnya dan para petani pada khususnya, sehingga diperoleh penetapan waktu yang tepat dalam masa penanaman, pemeliharaan serta masa panen.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut